ATASI PANAS DALAM SAAT PUASA DENGAN CINCAU HITAM

SEBAGIAN besar masyarakat selama ini mengenal cincau hanya berwarna hijau. Namun, sejumlah warga di Demak, Jawa Tengah, memproduksi cincau hitam yang hanya dilakukan selama bulan Ramadan. Cincau hitam atau irengan menjadi minuman favorit berbuka puasa karena dapat meredakan panas dalam dan berkhasiat mematikan sel-sel kanker.

Selama Ramadan, produksi cincau hitam di rumah Zainal Arifin, warga Kelurahan Bogorame, Kecamatan Demak. Kota ini nyaris tak pernah sepi. Lima orang pekerja tak pernah berhenti memproduksi cincau hitam sejak selepas Subuh hingga memasuki waktu Maghrib.

Untuk membuat cincau hitam dibutuhkan proses yang cukup panjang dan memakan waktu yang lama. Bahan baku utama cincau hitam adalah tanaman yang di Jawa dikenal dengan nama janggelan atau dalam bahasa latinnya mesona palustris bl, yang telah dikeringkan.

Untuk membentuk gel, janggelan harus ditambahkan tepung pati kemudian dipanaskan sambil diaduk dengan cepat hingga mendidih. Adonan tersebut selanjutnya disaring baru kemudian dituang ke dalam ember atau cetakan lain. Agar menjadi gel padat siap jual, adonan didinginkan hingga sekira enam jam. Bila penyimpanannya benar, cincau dapat bertahan hingga empat hari.

Setelah padat, cincau didistribusikan tidak hanya di Demak, namun juga beberapa kota di sekitarnya, seperti Semarang dan Kendal. Biasanya, para pedagang mengambil langsung ke tempat produksi dengan harga Rp25 ribu per ember.

"Saya bisa produksi cincau hitam rutin hanya dilakukan saat Ramadan. Setiap hari, saya mampu memproduksi 200 ember cincau hitam, tapi hari-hari biasa hanya kalau ada pesanan minimal 60 ember," tuturnya ketika di Demak, Jawa Tengah.

Cincau hitam biasanya disajikan sebagai minuman dingin, yang dipadukan bersama sejumlah buah dan sirup. Minuman ini sangat digemari untuk menu berbuka puasa. Cincau hitam dipercaya dapat meredakan panas dalam dan mematikan sel-sel kanker.

Untuk melayani permintaan konsumen, dia harus mendatangkan dua ton bahan baku janggelan dari Wonogiri. Sementara, tepung pati yang dibutuhkan sekira empat ton. Namun, jumlah tersebut dapat meningkat sesuai dengan tingginya permintaan selama bulan Ramadan. (ftr)